Selasa, 16 September 2014



Laporan Praktikum
Dasar-Dasar Ilmu Tanah
ANALISIS UKURAN PARTIKEL
(PENETAPAN TEKSTUR TANAH )
NAMA                      : IRWANSYAH








LABORATORIUM FISIKA DAN KONSERVASI TANAH
JURUSAN ILMU TANAH
FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS HASANUDDIN
MAKASSAR


I. PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Tanah merupakan suatu sistem lapisan kerak bumi yang tidak padu dengan ketebalan beragam berbeda dengan bahan-bahan di bawahnya, yang juga tidak baku dalam hal warna, bangunan fisik, struktur, susunan kimiawi, sifat biologi, proses kimia, ataupun reaksi-reaksi yang terlibat (Foth,1998).
Tekstur tanah merupakan suatu sistem mekanik yang kompleks dan terdiri atas tiga fase yaitu padat, cair, dan gas. Fase padat yang hampir 50% menempati volume tanah yang terdiri atas bahan-bahan mineral dan bahan organik. Dalam tanah terdapat pori-pori tanah yang berada antara butiran fase padat yang diisi oleh fase cair dan gas. Data tekstur tanah juga sangat diperlukan untuk evaluasi tata air tanah, retensi air, konduktifitas dan kekuatan tanah (Hakim et al., 1986).
Penetapan tekstur tanah dapat secara lapangan (kualitatif) dan secara laboratorik (kuantitatif). Penetapan secara lapangan dapat dilakukan dengan cara mengambil tanah yang basah kemudian diletakkan di antara telunjuk, gosok-gosokkan dan apabila melincir terasa sangat liat dan melekat, tandanya kadar liat (tanah liat) banyak. Apabila terasa kasar, tak dapat dibentuk menandakan kelas tekstur pasir. Sedangkan debu akan terasa licin pula, seperti sabun basah, dan apabila mongering terasa seperti tepung (Hardjowigeno, 2003).
Penetapan secara laboratorik dilakukan dengan cara mengambil sejumlah tanah kemudian dipecah-pecahkan sampai halus, untuk memisahkan pasir yang sangat halus dipergunakan saringan. Persentase berat (kadar) debu dan liat akan diperoleh dengan perlakuan fisika-kimiawi serta berdasarkan atas cepatnya pengendapan dalam suspense tanahnya. Berdasarkan perbandingan relatif antara fraksi pasir, debu, dan liat, maka kita perlu memahami pentingnya pengetahuan tentang tekstur tanah. Dimana sifat fisik tanah tergantung pada jumlah ukuran, bentuk, susunan dan komposisi mineral dari partikel-partikel tanah, macam dan jumlah bahan organik, volume, dan bentuk pori-porinya serta perbandingan air dan udara menempati pori-pori pada waktu tertentu.
Berdasarkan uraian di atas maka perlu suatu pengamatan untuk mendapat pengetahuan tentang tekstur tanah dan struktur tanah, dimana tekstur adalah ciri tanah yang paling permanen dan paling penting untuk diketahui karena sangat berpengaruh terhadap jenis-jenis tanaman yang sangat cocok tumbuh.
1.2 Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dari praktikum analisis tekstur tanah ini, yaitu untuk mengetahui persen atau perbandingan relatif pasir, debu, dan liat pada tiap lapisan tanah alfisols serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Kegunaan dari praktikum analisis tekstur tanah ini, adalah sebagai bahan informasi untuk pengolahan lebih lanjut tanah berdasarkan kelas tekstur tanah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Tekstur Tanah
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif dalam persen (%) antara fraksi-fraksi pasir, debu dan liat. Tekstur erat hubungannya dengan plastisitas, permeabilitas, keras dan kemudahan, kesuburan dan produktivitas tanah pada daerah geografis tertentu. Jenis tekstur ada 12 macam (Hakim et al, 1986).
Tanah tersusun dari butir-butir tanah dengan berbagai ukuran. Bagian butir tanah yang berukuran lebih dari 2 mm disebut bahan kasar tanah seperti kerikil, koral sampai batu. Bagian butir tanah yang berukuran kurang dari 2 mm disebut bahan halus tanah. Bahan halus tanah dibedakan menjadi:
1)      Pasir: butir tanah yang berukuran antara 0,050 mm sampai dengan 2 mm.
2)      Debu: butir tanah yang berukuran antara 0,002 mm sampai dengan 0,050 mm.
3)      Liat: butir tanah yang berukuran kurang dari 0,002 mm.
Penetapan tekstur tanah dapat dilakukan dengan tiga metode yaitu metode feeling, pipet dan metode hydrometer. Metode feeling dilakukan berdasarkan kepekaan indra peras dengan memijit tanah basah diantara jari-jari, metode pipet atau biasa disebut dengan metode kurang teliti dan metode hydrometer atau disebut dengan metode lebih teliti yang didasarkan pada perbedaan kecepatan jatuhnya partikel-partikel tanah di dalam air dengan asumsi bahwa kecepatan jatuhnya partikel yang berkerapatan sama dalam suatu larutan akan meningkat secara linear apabila radius partikel bertambah secara kuadratik (Hardjowigeno, 2003).
Kasar dan halusnya tanah dalam klasifikasi tanah (taksnomi tanah) dapat ditunjukkan dalam sebaran butir yang merupakan penyederhanaan dari kelas tekstur tanah dengan memperhatikan pula fraksi tanah yang lebih kasar dari pasir (lebih besar 2 mm), sebagian besar butir untuk fraksi kurang dari 2 mm meliputi berpasir lempung, berpasir, berlempung halus, berdebu kasar, berdebu halus, berliat halus, dan berliat sangat halus (Hardjowigeno, 2003).
            Pembagian kelas tektur yang banyak dikenal adalah pembagian 12 kelas tekstur menurut USDA. Nama kelas tekstur melukiskan penyebaran butiran, plastisitas, keteguhan, permeabilitas kemudian pengolahan tanah, kekeringan, penyediaan hara tanah dan produktivitas berkaitan dengan kelas tekstur dalam suatu wilayah geogtrafis (Anoniim2,2011).
Gambar 2. Segitiga Tekstur
Adapun pembagian 12 tekstur tersebut antara lain sebagai berikut:
1.        Liat (clay) yaitu apabila terasa berat dan halus, sangat lekat, dapat dibentuk bola dengan baik, dan mudah dibuat gulungan.
2.        Liat berpasir (sandy clay) yaitu apabila terasa halus, berat tetapi sedikit kasar, melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan.
3.        Lempung berliat (clay loam) yaitu apabila terasa agak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan yang agak mudah hancur.
4.        Liat berdebu (silty clay) yaitu apabila terasa halus, berat, agak licin, sangat lekat, dapat dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan.
5.        Lempung liat berpasir  (sandy clay loam) yaitu apabila terasa halus dengan sedikit bagian agak kasar, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan mudah hancur. 
6.        Lempung liat berdebu (silty clay loam) yaitu apabila terasa halus, terasa agak licin, melekat, dan dapat dibentuk bola teguh, serta dapat dibentuk gulungan dengan permukaan mengkilap.
7.        Lempung berpasir  (sandy loam) apabila rasa kasar agak jelas, agak melekat, dan dapat dibuat bola tetapi mudah hancur.
8.        Lempung yaitu (loam) apabila tidak terasa kasar dan tidak licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat sedikit dibuat gulungan dengan permukaan mengkilap.
9.        Lempung berdebu ( silt loam) yaitu  apabila terasa licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan gulungan dengan permukaan mengkilap.
10.    Debu (silt) yaitu apabila terasa licin sekali, agak melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan dapat digulung dengan permukaan mengkilap.
11.    Pasir (sand) yaitu apabila rasa kasar terasa sangat jelas, tidak melekat, dan tidak dapat dibentuk bola dan gulungan.
12.     Pasir berlempung yaitu apabila rasa kasar terasa jelas, sedikit sekali melekat, dan dapat dibentuk bola tetapi mudah sekali hancur (Hanafiah, 2004)
            Tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap kemampuan daya serap air, ketersediaan air di dalama tanah, besar aerasi, infiltrasi dan laju pergerakan air (perkolasi). Tekstur dapat menentukan tata air dalam tanah berupa kecepatan infiltrasinya, penetrasi serta kemampuan mengikat air (Anonim1, 2011).
Tekstur tanah juga dapat mempengaruhi perkembangan perakaran dan pertumbuhan tanaman serta efisien dalam pemupukan. Tekstur dapat ditentukan dengan metode, yaitu dengan metode pipet, metode feeling dan metode hydrometer, kedua metode tersebut ditentukan berdasarkan perbedaan kecepatan air partikel di dalam air terkecuali metode feeling (Hakim et al, 1986).
2.2 Hubungan Tekstur Tanah dengan Pertumbuhan Tanaman
Pertumbuhan tanaman sangan bergantung pada kondisi tanah yang ditempatinya. Untuk pertumbuhan tanaman yang baik, tanah  dengan aerasi, drainase, serta kemampuan menyimpan air maupun unsur hara yang baik harus memiliki komponen pasir, debu, dan liat yang seimbang. Sehingga tanaman mampu tumbuh dalam keadaan yang optimal. (Anonim1, 2011).
Hubungan antara tanah-tanah yang bertekstur pasir dengan pertumbuhan tanaman yaitu karena butiran-butirannya berukuran lebih besar, maka tiap satuan berat mempunyai luas permukaan yang lebih kecil sehingga sulit menyerap (menahan) air dan unsur hara. keadaan tanah yang memiliki tekstur yang dominan pasir, maka daya ikat tanah terhadap air serta bahan organik lainnya kecil. Tanah dengan tekstur dominan pasir ini cenderung mudah melepas unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Dalam keadaan tanah seperti ini, pertumbuhan akar tanaman akan berkembang dengan baik. Akar mudah untuk melakukan penetrasi ke dalam tanah. Drainase dan aerasi pada tekstur tanah dominan berpasir ini cukup baik, namun tekstur tanah ini cenderung mudah melepas unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Tanaman akan sulit mendapatkan unsur hara, dan pertumbuhan tanaman akan terganggu (Anonim2, 2011).
Hubungan antara tanah-tanah bertekstur liat dengan pertumbuhan tanaman yaitu karena lebih halus maka setiap satuan berat mempunyai luas permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi. Tanah bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah bertekstur kasar (Hardjowigeno, 2003).
Dalam keadaan tanah yang dominan liat, akar pada tanaman akan sulit untuk melakukan penetrasi karena keadaan lingkungan tanah yang lengket pada saat basah dan mengeras pada saat kering. Drainase dan aerasi buruk, sehingga pertukaran udara maupun masuknya unsur hara pada akar tanaman akan terganggu. Pada keadaan basah, tanaman sulit mengikat gas-gas yang berguna bagi proses fisiologi karena pori-pori tanah yang kecil tergenang oleh air (kecuali tanaman padi yang mampu beradaptasi di lingkungan yang tergenang air).Tanaman dapat mengalami kematian, karena kurangnya unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman untuk melakukan proses-proses fisiologis yang semestinya. (Anonim1, 2011).
Hubungan antara tanah-tanah bertekstur debu dengan pertumbuhan tanaman yaitu partikel-partikel debu terasa licin sebagai tepung (powder) dan kurang melekat. Tanah-tanah yang memiliki kemampuan besar dalam memegang air adalah fraksi liat. Sedangkan tanah-tanah yang mengandung debu yang tinggi dapat memegang air tersedia untuk tanaman. Fraksi liat pada kebanyakan tanah terdiri dari mineral-mineral yang berbeda-beda komposisi kimianya dan sifat-sifat lainnya dibandingkan dengan pasir dan debu (Hakim, dkk. 1986).
2.3 Hubungan Tekstur Tanah dengan Kapasitas Pegang Air Tanah
Hubungan  tekstur  tanah  dengan  daya  menahan  air  dan  ketersediaan  hara tanah yaitu tanah dengan tekstur liat mempunyai luas permukaan yang lebih besar sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi, sebaliknya tanah yang bertekstur pasir mempunyai luas permukaan yang kecil sehingga sulit menyerap (menahan) air dan unsur hara. Tanah bertesktur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah bertekstur kasar (Hadjowigeno 2003).
Kemampuan  tanah  menahan  air  dipengaruhi  oleh  tekstur  dan  struktur tanah.  Tanah  bertekstur  halus  menahan  air  lebih  banyak  dibandingkan  dengan tanah  bertekstur  kasar.  Oleh  karena  itu  tanah  pasir  umumnya  lebih  mudah kekeringan  daripada  tanah  bertekstur  lempung  atau  liat.  Kondisi  kekurangan  air ataupun kelebihan  air  dapat  mengganggu  pertumbuhan  tanaman  (Hardjowigeno 2003).
Ketersediaan  air  dalam  tanah  tergantung  dari  banyaknya  curah hujan  atau  irigasi,  kemampuan  tanah  menahan  air,  evapotransiprasi  (penguapan langsung dari tanah maupun vegetasi), dan tingginya muka air tanah. Air terdapat dalam tanah karena ditahan (diserap) oleh masa tanah, tertahan oleh lapisan kedap air  atau  karena  keadaan  drainase  yang  kurang  baik.  Kelebihan  ataupun kekurangan kandungan air dalam tanah dapat mengganggu pertumbuhan tanaman (Prawirohatono, 1991).
Kapasitas pegang air tanah berkaitan erat dengan air tersedia (air yang dapat diserap langsung oleh tanaman). Air yang ditahan tanah pada kondisi kapasitas lapangan hingga koefisien layu tingkat ketersediaannya makin rendah. Oleh karena itu untuk menjamin tercukupinya kebutuhan tanaman, suplai air harus diberikann apabila 50-85% air tersedia ini telah habis terpakai sehingga kapasitas pegang air tanah sudah menurun pula (Hanafiah,2004).




III. METODELOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum analisis ukuran partikel (Tekstur) dilaksanakan pada hari Kamis, 07 November 2013, pada pukul 13.30 WITA – selesai di Laboratorium Fisika Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum analisis ukuran partikel (Tekstur) adalah timbangan/neraca, botol tekstur, cawan petridis, corong,  saringan 0,05 mm, mesin pengocok (mixer), pengaduk, silinder sedimentasi ukuran 1000 ml, hidrometer tanah tipe 125 H, termometer, oven dan botol semprot.
Adapun bahan-bahan yang digunakan pada praktikum analisis ukuran partikel (Tekstur) adalah air, larutan pendispersi Natium pirofosfat, sampel tanah terganggu lapisan I dan II.
3.3 Prosedur Kerja
Adapun prosedur kerja pada penetapan tekstur, diantaranya :
1)    Timbang 20 gr contoh tanah kering udara (<2 mm) ke dalam botol tekstur.
2)    Tambahkan 10 ml larutan pendispersi natrium piroposfat (Calgon).
3)    Tambahkan air sampai ± 200 ml.
4)    Kocok dengan mesin pengocok/ mixer selama ± 5 menit.
5)   Tuangkan secara kualitatif semua isinya ke dalam silinder sedimentasi 500 ml yang diatasnya dipasang saringan dengan diameter lubang sebesar 0,05 mm dan bersihkan botol tekstur dengan bantuan botol semprot.
6)   Semprot dengn botol semprot sambil aduk-aduk semua suspensi yang masih tinggal pada saringa sehingga semua partikel debu dan liat telah turun (air saringan telah jernih).
7)   Pindahkan pasir yang tertiggal ke dalam cawan petri dengan bantuan botol semprot kemudian ovenkan selama 24 jam pada suhu 105oC .
8)   Setelah kering, keluarakan dari oven dan masukkan dalam desikator dan timbang berat pasir (c gram).
9)   Encerkan larutan suspensi dalam silinder sedimentai dengan air destilasi hingga 500 ml (jika menggunakan silinder 500 ml) atau 1000 ml (jika menggunakan silinder 1000 ml).
10)    Kocok suspensi dengan pengocok khusus selama 30 detik.
11)    Setelah 15 detik, masukkan hidrometer ke dalam suspensi, diamkan sejenak dan setelah 40 detik baca dan catat pmbacaan hidrometer pertama (H1) kemudian masukkan termometer ke dalam suspensi, diamkan sejenak dan catat pembacaan termometer pertama (t1).
12)    Keluarkan hidrometer dan termometer dengan hati-hati.
13)    Setlah 8 jam, masukkan hidrometer dan termometer, catat pmbacaan hidrometer kedua (H2) dan suhu suspensi (t2).
14)    Hitung berat dan liat dengan menggunakan persamaan di bawah ini :
Berat debu + liat   =      -     0,5  .............(a)
Berat liat               =     -    0,5      ..............(b)
Berat debu                         = (Berat Debu + Liat) – Berat liat  ..............(a-b)

15.  Hitung persentase fraksi pasir, debu dan liat dengan persamaan di bawah ini :
% Pasir                  =  x 100 %
% Debu                 =  x 100 %
% Liat                   =  x 100 %
             Keterangan :
            Jika menggunakan silinder 1000 ml, maka hasil perhitungan tidak dibagi dua.



IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1. Hasil Persentase Fraksi Tanah
Lapisan
Persentase (%)
Kelas Tekstur
Pasir
Debu
Liat
I
2,5
8,9
88,5
Liat
II
3,8
6,6
89,5
Liat

4.2 Pembahasan
Berdasarkan data dan hasil perhitungan yang telah dilakukan, dapat dilihat bahwa pada tanah lapisan I dan II termasuk kedalam kelas tekstur liat. Hal ini dapat dilihat dari hasil perhitungan persentase masing-masing fraksi, yang mana fraksi tanah pada lapisan I memiliki nilai persentase pasir sebesar 2,54% , presentase debu sebesar 8,9%, dan presentase liat sebesar 88,54% Sehingga jenis (kelas) teksturnya adalah liat. Sedangkan pada lapisan II memiliki persentase pasir sebesar 3,8%, presentase debu sebesar 6,6% dan persentase liat sebesar 89,5%, Sehingga jenis (kelas) teksturnya liat.Sehinnga kedua lapisan ini bertekstur sama.
Pada lapisan I dan lapisan II persentase fraksi liat lebih besar dari pada persentase fraksi debu dan pasir. Sehingga kedua lapisan memiliki tekstur liat (clay). Kedua lapisan tersebut bertekstur liat karena persentase liatnya lebih besar dari 50% sehingga tanah tersebut termasuk dalam tekstur liat. Apabila persentase kejenuhan suatu tanah lebih dari 50% maka tanah tersebut termasuk dalam tekstur liat dan juga disebabkan oleh tingkat pelapukan yang terjadi pada masing-masing lapisan yang relatif besar dan kemampuannya mengikat air (Foth,1998).
            Setelah dilakukan uji penetapan tekstur tanah di laboratorium menggunakan metode hydrometer ini ternyata tidak terdapat kesamaan ketika melakukan penetapan tekstur dengan metode feeling saat di lapangan yakni pada lapisan I dengan metode feeling dihasilkan tekstur lempung berpasir sedangkan metode hydrometer diperoleh liat. Sedangkan pada lapisan II dengan  metode feeling diperoleh tekstur liat berdebu sedangkan dengan metode hydrometer diperoleh hasil tekstur liat.
Dari hasil penetapan tekstur tersebut ternyata pada lapisan I dan II sama-sama berada pada kelas tekstur liat. Hal tersebut dapat terjadi karena faktor kedalaman lapisan tanah yang cukup berdekatan. Pengambilan sampel tanah berada pada jarak lapisan yang cukup dekat sehingga hasil penetapan teksturnya sama. Meskipun diperoleh ketetapan tekstur yang sama pada kedua lapisan tersebut, tetapi persentasi kandungan fraksi-fraksinya memiliki perbedaan yang mencolok.Dengan adanya perbedaan kandungan fraksi tersebut cukuplah untuk dijadikan sebagai pembanding antara lapisan I dan II.

V. KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan yang dilakukan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1.      Pada lapisan I memiliki tekstur liat dengan persentase fraksi pasir 2,5%, debu 8,9%, dan liat 88,5%.
2.      Pada lapisan II memiliki tekstur liat dengan persentase fraksi pasir 3,8%, debu 6,6%, dan liat 89,5%.
3.      Faktor-faktor yang mempengaruhi adanya perbedaan tekstur tanah yaitu bahan induk tanah, iklim, waktu, organisme, dan topografi. Selain itu tingkat pelapukan dan kemampuan penyusun tanah mengikat air juga mempengaruhi tekstur tanah.
5.2 Saran
Tekstur tanah mepengaruhi kesuburan tanah sehingga secara tidak langsung juga mempengaruhi kesuburan tanaman. Oleh karena itu, sebelum mengolah suatu lahan untuk dijadikan sebagai lahan pertanian, terlebuh dahulu menetapkan tekstur tanah yang tepat dengan jenis tanaman yang akan dibudidayakan.



DAFTAR PUSTAKA
Anonim1. 2011. Tekstur Tanah. Diakses di halaman website http://widerfuture,wordpre .com/2011/01/14/tekstur tanah/ pada tanggal 9 November 2013.
Anonim2. 2011. Tekstur Tanah. Diakses di halaman website http://widerfuture.wordpress.com/2011/01/14/tekstur-tanah/ pada tanggal 9 November 2013.
Hakim,et al. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Universitas Lampung, Lampung
Foth, Hendry D. 1998. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. Erlangga, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Hardjowigeno, H. Sarwono. 2003. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.
Sutedjo.  2002.  Pengantar Ilmu Tanah. Rineka Cipta. Jakarta.
Hanafiah, Kemas Ali. 2004. Dasar-Dasar Ilmu Tanah. PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Prawirohatono, 1991. Genesa Tanah. “Batuan pembentuk tanah”. CV. Rajawali. Jakarta .


LAMPIRAN
A.  Perhitungan Persentase Fraksi Tanah pada Lapisan III
Dik :           H1        = 6 gr/ml                      H2        = 5 gr/ml                      c = 0,2
            t1          = 27 oC                        t2          = 28 oC
Dit :           *Berat debu + liat                   *% Pasir
*Berat liat                               *% Debu
                        *Berat debu                            *%Liat
       Penyelesaian         :
       Ket                       : Menggunakan silinder 1000 ml
*Berat debu + Liat            =   .............(a)
Berat debu + Liat              =   .............(a)
Berat debu + Liat              = 7,66 gr.............(a)
* Berat Liat                       =   .............(b)
Berat Liat                          =   .............(b)
Berat Liat                         = 6,96 gr...........(b)
*Berat Debu                      = (Berat Debu + Liat) – Berat Liat  ..............(a-b)
Berat debu                                     = 7,66 – 6,96  ..............(a-b)
Berat debu                                     = 0,7 gr..............(a-b)
*% Pasir                =  x 100 %
% Pasir                  =  x 100 %
% Pasir                  = 2,54 %
*% Debu               =  x 100 %
% Debu                 =  x 100 %
% Debu                 = 8,9 %
*% Liat                 =  x 100 %
% Liat                   =  x 100 %
% Liat                     = 88,54 %

B.  Perhitungan Persentase Fraksi Tanah pada Lapisan II
Dik           :           H1        = 10 gr/ml                    H2        = 9 gr/ml          c = 0,4
                             t1          = 22 oC                        t2          = 23 oC

Dit            :           *Berat debu + liat                   *% Pasir
                                    *Berat liat                               *% Debu
                                    *Berat debu                            *%Liat
       Penyelesaian         :
       Ket           :Menggunakan silinder 1000 ml
*Berat debu + liat =   .............(a)
Berat debu + liat   =   .............(a)
Berat debu + liat   = 10,16 gr .............(a)
* Berat Liat           =   .............(b)
Berat Liat              =   .............(b)
Berat Liat             = 9,46 gr...........(b)

*Berat debu          = (Berat Debu + Liat) – Berat Liat  ..............(a-b)
Berat debu                         = 10,16 – 9,46  ..............(a-b)
Berat debu                         = 0,7 gr..............(a-b)
*% Pasir                =  x 100 %
% Pasir                  =  x 100 %
% Pasir                  = 3,8 %
*% Debu               =  x 100 %
% Debu                 =  x 100 %
% Debu                 = 6,6 %

*% Liat                 =  x 100 %
% Liat                   =  x 100 %
% Liat                   = 89,5 %

Tidak ada komentar:

Posting Komentar