Laporan
Praktikum
Dasar-Dasar
Ilmu Tanah
ANALISIS
UKURAN PARTIKEL
(PENETAPAN
TEKSTUR TANAH )
NAMA : IRWANSYAH
LABORATORIUM
FISIKA DAN KONSERVASI TANAH
JURUSAN
ILMU TANAH
FAKULTAS
PERTANIAN
UNIVERSITAS
HASANUDDIN
MAKASSAR
I. PENDAHULUAN
1.1
Latar Belakang
Tanah merupakan suatu
sistem lapisan kerak bumi yang tidak padu dengan ketebalan beragam berbeda
dengan bahan-bahan di bawahnya, yang juga tidak baku dalam hal warna, bangunan
fisik, struktur, susunan kimiawi, sifat biologi, proses kimia, ataupun
reaksi-reaksi yang terlibat (Foth,1998).
Tekstur
tanah merupakan suatu sistem mekanik yang kompleks dan terdiri atas tiga fase
yaitu padat, cair, dan gas. Fase padat yang hampir 50% menempati volume tanah
yang terdiri atas bahan-bahan mineral dan bahan organik. Dalam tanah terdapat
pori-pori tanah yang berada antara butiran fase padat yang diisi oleh fase cair
dan gas. Data tekstur tanah juga sangat diperlukan untuk evaluasi tata air
tanah, retensi air, konduktifitas dan kekuatan tanah (Hakim et al., 1986).
Penetapan
tekstur tanah dapat secara lapangan (kualitatif) dan secara laboratorik
(kuantitatif). Penetapan secara lapangan dapat dilakukan dengan cara mengambil
tanah yang basah kemudian diletakkan di antara telunjuk, gosok-gosokkan dan
apabila melincir terasa sangat liat dan melekat, tandanya kadar liat (tanah
liat) banyak. Apabila terasa kasar, tak dapat dibentuk menandakan kelas tekstur
pasir. Sedangkan debu akan terasa licin pula, seperti sabun basah, dan apabila
mongering terasa seperti tepung (Hardjowigeno, 2003).
Penetapan
secara laboratorik dilakukan dengan cara mengambil sejumlah tanah kemudian
dipecah-pecahkan sampai halus, untuk memisahkan pasir yang sangat halus
dipergunakan saringan. Persentase berat (kadar) debu dan liat akan diperoleh
dengan perlakuan fisika-kimiawi serta berdasarkan atas cepatnya pengendapan
dalam suspense tanahnya. Berdasarkan perbandingan relatif antara fraksi pasir,
debu, dan liat, maka kita perlu memahami pentingnya pengetahuan tentang tekstur
tanah. Dimana sifat fisik tanah tergantung pada jumlah ukuran, bentuk, susunan
dan komposisi mineral dari partikel-partikel tanah, macam dan jumlah bahan
organik, volume, dan bentuk pori-porinya serta perbandingan air dan udara
menempati pori-pori pada waktu tertentu.
Berdasarkan uraian di
atas maka perlu suatu pengamatan untuk mendapat pengetahuan tentang tekstur
tanah dan struktur tanah, dimana tekstur adalah ciri tanah
yang paling permanen dan paling penting untuk diketahui karena sangat berpengaruh terhadap jenis-jenis
tanaman yang sangat cocok tumbuh.
1.2
Tujuan dan Kegunaan
Tujuan
dari praktikum analisis tekstur tanah ini, yaitu untuk mengetahui persen atau
perbandingan relatif pasir, debu, dan liat pada tiap lapisan tanah alfisols
serta faktor-faktor yang mempengaruhinya. Kegunaan dari praktikum analisis
tekstur tanah ini, adalah sebagai bahan informasi untuk pengolahan lebih lanjut
tanah berdasarkan kelas tekstur tanah.
II. TINJAUAN PUSTAKA
2.1
Tekstur Tanah
Tekstur tanah adalah perbandingan relatif dalam persen
(%) antara fraksi-fraksi pasir, debu dan liat. Tekstur erat hubungannya dengan plastisitas,
permeabilitas, keras dan kemudahan, kesuburan dan produktivitas tanah pada
daerah geografis tertentu. Jenis tekstur ada 12 macam (Hakim et al, 1986).
Tanah tersusun
dari butir-butir tanah dengan berbagai ukuran. Bagian butir tanah yang berukuran
lebih dari 2 mm disebut bahan kasar tanah seperti kerikil, koral sampai batu.
Bagian butir tanah yang berukuran kurang dari 2 mm disebut bahan halus tanah.
Bahan halus tanah dibedakan menjadi:
1) Pasir: butir
tanah yang berukuran antara 0,050 mm sampai dengan 2 mm.
2) Debu: butir
tanah yang berukuran antara 0,002 mm sampai dengan 0,050 mm.
3) Liat: butir
tanah yang berukuran kurang dari 0,002 mm.
Penetapan tekstur tanah dapat dilakukan
dengan tiga metode yaitu metode feeling,
pipet dan metode hydrometer. Metode
feeling dilakukan berdasarkan kepekaan indra peras
dengan memijit tanah basah diantara jari-jari, metode pipet atau biasa disebut
dengan metode kurang teliti dan metode hydrometer atau disebut dengan metode
lebih teliti yang didasarkan pada perbedaan kecepatan jatuhnya
partikel-partikel tanah di dalam air dengan asumsi bahwa kecepatan jatuhnya
partikel yang berkerapatan sama dalam suatu larutan akan meningkat secara
linear apabila radius partikel bertambah secara kuadratik (Hardjowigeno, 2003).
Kasar dan halusnya tanah dalam klasifikasi tanah
(taksnomi tanah) dapat ditunjukkan
dalam sebaran butir yang merupakan penyederhanaan dari kelas tekstur tanah
dengan memperhatikan pula fraksi tanah yang lebih kasar dari pasir (lebih besar
2 mm), sebagian besar butir untuk fraksi kurang dari 2 mm meliputi berpasir
lempung, berpasir, berlempung halus, berdebu kasar, berdebu halus, berliat
halus, dan berliat sangat halus (Hardjowigeno, 2003).
Pembagian
kelas tektur yang banyak dikenal adalah pembagian 12 kelas tekstur menurut
USDA. Nama kelas tekstur melukiskan penyebaran butiran, plastisitas, keteguhan,
permeabilitas kemudian pengolahan tanah, kekeringan, penyediaan hara tanah dan
produktivitas berkaitan dengan kelas tekstur dalam suatu wilayah geogtrafis (Anoniim2,2011).
Gambar 2. Segitiga Tekstur
Adapun pembagian 12 tekstur tersebut antara lain sebagai berikut:
1.
Liat (clay) yaitu apabila terasa berat dan halus, sangat lekat, dapat
dibentuk bola dengan baik, dan mudah dibuat gulungan.
2.
Liat berpasir (sandy clay) yaitu apabila terasa halus, berat tetapi sedikit
kasar, melekat, dapat dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan.
3.
Lempung berliat (clay loam) yaitu apabila terasa agak licin, agak melekat,
dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan yang agak mudah
hancur.
4.
Liat berdebu (silty clay) yaitu apabila terasa halus, berat, agak licin,
sangat lekat, dapat dibentuk bola teguh, dan mudah dibuat gulungan.
5.
Lempung liat berpasir (sandy clay
loam) yaitu apabila terasa halus dengan sedikit bagian agak kasar, agak
melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat dibentuk gulungan mudah
hancur.
6.
Lempung liat berdebu (silty clay loam) yaitu apabila terasa halus, terasa
agak licin, melekat, dan dapat dibentuk bola teguh, serta dapat dibentuk
gulungan dengan permukaan mengkilap.
7.
Lempung berpasir (sandy loam)
apabila rasa kasar agak jelas, agak melekat, dan dapat dibuat bola tetapi mudah
hancur.
8.
Lempung yaitu (loam) apabila tidak terasa kasar dan tidak licin, agak
melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan dapat sedikit dibuat gulungan
dengan permukaan mengkilap.
9.
Lempung berdebu ( silt loam) yaitu
apabila terasa licin, agak melekat, dapat dibentuk bola agak teguh, dan
gulungan dengan permukaan mengkilap.
10.
Debu (silt) yaitu apabila terasa licin sekali, agak melekat, dapat dibentuk
bola teguh, dan dapat digulung dengan permukaan mengkilap.
11.
Pasir (sand) yaitu apabila rasa kasar terasa sangat jelas, tidak melekat,
dan tidak dapat dibentuk bola dan gulungan.
12.
Pasir berlempung yaitu apabila rasa
kasar terasa jelas, sedikit sekali melekat, dan dapat dibentuk bola tetapi
mudah sekali hancur (Hanafiah, 2004)
Tekstur tanah sangat berpengaruh terhadap kemampuan daya serap air, ketersediaan air di dalama tanah, besar aerasi, infiltrasi
dan laju pergerakan air (perkolasi). Tekstur dapat menentukan tata air dalam
tanah berupa kecepatan infiltrasinya, penetrasi serta kemampuan mengikat
air (Anonim1, 2011).
Tekstur tanah juga dapat mempengaruhi perkembangan
perakaran dan pertumbuhan tanaman serta efisien dalam pemupukan. Tekstur dapat
ditentukan dengan metode, yaitu dengan metode pipet, metode feeling dan metode
hydrometer, kedua metode tersebut ditentukan berdasarkan perbedaan kecepatan
air partikel di dalam air terkecuali metode feeling (Hakim et al, 1986).
2.2
Hubungan Tekstur Tanah dengan Pertumbuhan Tanaman
Pertumbuhan tanaman sangan
bergantung pada kondisi tanah yang ditempatinya. Untuk pertumbuhan tanaman yang
baik, tanah dengan aerasi, drainase,
serta kemampuan menyimpan air maupun unsur hara yang baik harus memiliki
komponen pasir, debu, dan liat yang seimbang. Sehingga tanaman mampu tumbuh
dalam keadaan yang optimal. (Anonim1, 2011).
Hubungan
antara tanah-tanah yang bertekstur pasir dengan pertumbuhan tanaman yaitu
karena butiran-butirannya berukuran lebih besar, maka tiap satuan berat mempunyai
luas permukaan yang lebih kecil sehingga sulit menyerap (menahan) air dan unsur
hara. keadaan tanah yang memiliki tekstur yang dominan pasir, maka daya ikat
tanah terhadap air serta bahan organik lainnya kecil. Tanah dengan tekstur
dominan pasir ini cenderung mudah melepas unsur-unsur hara yang dibutuhkan
tanaman. Dalam keadaan tanah seperti ini, pertumbuhan akar tanaman akan berkembang
dengan baik. Akar mudah untuk melakukan penetrasi ke dalam tanah. Drainase dan
aerasi pada tekstur tanah dominan berpasir ini cukup baik, namun tekstur tanah
ini cenderung mudah melepas unsur-unsur hara yang dibutuhkan tanaman. Tanaman
akan sulit mendapatkan unsur hara, dan pertumbuhan tanaman akan terganggu
(Anonim2, 2011).
Hubungan
antara tanah-tanah bertekstur liat dengan pertumbuhan tanaman yaitu karena
lebih halus maka setiap satuan berat mempunyai luas permukaan yang lebih besar
sehingga kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi. Tanah
bertekstur halus lebih aktif dalam reaksi kimia daripada tanah bertekstur kasar
(Hardjowigeno, 2003).
Dalam
keadaan tanah yang dominan liat, akar pada tanaman akan sulit untuk melakukan
penetrasi karena keadaan lingkungan tanah yang lengket pada saat basah dan
mengeras pada saat kering. Drainase dan aerasi buruk, sehingga pertukaran udara
maupun masuknya unsur hara pada akar tanaman akan terganggu. Pada keadaan
basah, tanaman sulit mengikat gas-gas yang berguna bagi proses fisiologi karena
pori-pori tanah yang kecil tergenang oleh air (kecuali tanaman padi yang mampu
beradaptasi di lingkungan yang tergenang air).Tanaman dapat mengalami kematian,
karena kurangnya unsur-unsur yang dibutuhkan tanaman untuk melakukan
proses-proses fisiologis yang semestinya. (Anonim1, 2011).
Hubungan antara tanah-tanah bertekstur debu
dengan pertumbuhan tanaman yaitu partikel-partikel
debu terasa licin sebagai tepung (powder) dan kurang melekat. Tanah-tanah yang
memiliki kemampuan besar dalam memegang air adalah fraksi liat. Sedangkan
tanah-tanah yang mengandung debu yang tinggi dapat memegang air tersedia untuk
tanaman. Fraksi liat pada kebanyakan tanah terdiri dari mineral-mineral yang
berbeda-beda komposisi kimianya dan sifat-sifat lainnya dibandingkan dengan
pasir dan debu (Hakim, dkk. 1986).
2.3 Hubungan Tekstur Tanah dengan Kapasitas
Pegang Air Tanah
Hubungan tekstur
tanah dengan daya
menahan air dan
ketersediaan hara tanah yaitu tanah
dengan tekstur liat mempunyai luas permukaan yang lebih besar sehingga
kemampuan menahan air dan menyediakan unsur hara tinggi, sebaliknya tanah yang
bertekstur pasir mempunyai luas permukaan yang kecil sehingga sulit menyerap (menahan)
air dan unsur hara. Tanah bertesktur halus lebih aktif dalam reaksi kimia
daripada tanah bertekstur kasar (Hadjowigeno 2003).
Kemampuan tanah
menahan air dipengaruhi
oleh tekstur dan
struktur tanah. Tanah bertekstur
halus menahan air
lebih banyak dibandingkan
dengan tanah bertekstur kasar.
Oleh karena itu
tanah pasir umumnya
lebih mudah kekeringan daripada
tanah bertekstur lempung
atau liat. Kondisi
kekurangan air ataupun kelebihan air
dapat mengganggu pertumbuhan
tanaman (Hardjowigeno 2003).
Ketersediaan air
dalam tanah tergantung
dari banyaknya curah hujan
atau irigasi, kemampuan
tanah menahan air,
evapotransiprasi (penguapan
langsung dari tanah maupun vegetasi), dan tingginya muka air tanah. Air
terdapat dalam tanah karena ditahan (diserap) oleh masa tanah, tertahan oleh
lapisan kedap air atau karena
keadaan drainase yang
kurang baik. Kelebihan
ataupun kekurangan kandungan air dalam tanah dapat mengganggu
pertumbuhan tanaman (Prawirohatono, 1991).
Kapasitas
pegang air tanah berkaitan erat dengan air tersedia (air yang dapat diserap
langsung oleh tanaman). Air yang ditahan tanah pada kondisi kapasitas lapangan
hingga koefisien layu tingkat ketersediaannya makin rendah. Oleh karena itu
untuk menjamin tercukupinya kebutuhan tanaman, suplai air harus diberikann
apabila 50-85% air tersedia ini telah habis terpakai sehingga kapasitas pegang
air tanah sudah menurun pula (Hanafiah,2004).
III.
METODELOGI
3.1 Waktu dan Tempat
Praktikum analisis ukuran
partikel (Tekstur) dilaksanakan pada hari Kamis, 07 November 2013, pada pukul 13.30
WITA – selesai di Laboratorium Fisika Tanah, Jurusan Ilmu Tanah, Fakultas
Pertanian, Universitas Hasanuddin, Makassar.
3.2 Alat dan Bahan
Adapun alat-alat yang digunakan pada praktikum analisis
ukuran partikel (Tekstur) adalah timbangan/neraca, botol tekstur, cawan
petridis, corong, saringan 0,05 mm,
mesin pengocok (mixer), pengaduk, silinder sedimentasi ukuran 1000 ml,
hidrometer tanah tipe 125 H, termometer, oven dan botol semprot.
Adapun
bahan-bahan yang digunakan pada praktikum analisis ukuran partikel (Tekstur)
adalah air, larutan pendispersi Natium pirofosfat, sampel tanah terganggu
lapisan I dan II.
3.3 Prosedur Kerja
Adapun
prosedur kerja pada penetapan tekstur, diantaranya :
1)
Timbang
20 gr contoh tanah kering udara (<2 mm) ke dalam botol tekstur.
2)
Tambahkan
10 ml larutan pendispersi natrium piroposfat (Calgon).
3)
Tambahkan
air sampai ± 200 ml.
4)
Kocok
dengan mesin pengocok/ mixer selama ±
5 menit.
5)
Tuangkan
secara kualitatif semua isinya ke dalam silinder sedimentasi 500 ml yang
diatasnya dipasang saringan dengan diameter lubang sebesar 0,05 mm dan
bersihkan botol tekstur dengan bantuan botol semprot.
6)
Semprot
dengn botol semprot sambil aduk-aduk semua suspensi yang masih tinggal pada
saringa sehingga semua partikel debu dan liat telah turun (air saringan telah
jernih).
7)
Pindahkan
pasir yang tertiggal ke dalam cawan petri dengan bantuan botol semprot kemudian
ovenkan selama 24 jam pada suhu 105oC .
8)
Setelah
kering, keluarakan dari oven dan masukkan dalam desikator dan timbang berat
pasir (c gram).
9)
Encerkan
larutan suspensi dalam silinder sedimentai dengan air destilasi hingga 500 ml
(jika menggunakan silinder 500 ml) atau 1000 ml (jika menggunakan silinder 1000
ml).
10)
Kocok
suspensi dengan pengocok khusus selama 30 detik.
11)
Setelah
15 detik, masukkan hidrometer ke dalam suspensi, diamkan sejenak dan setelah 40
detik baca dan catat pmbacaan hidrometer pertama (H1) kemudian
masukkan termometer ke dalam suspensi, diamkan sejenak dan catat pembacaan
termometer pertama (t1).
12)
Keluarkan
hidrometer dan termometer dengan hati-hati.
13)
Setlah 8
jam, masukkan hidrometer dan termometer, catat pmbacaan hidrometer kedua (H2)
dan suhu suspensi (t2).
14)
Hitung
berat dan liat dengan menggunakan persamaan di bawah ini :
Berat debu + liat =
- 0,5
.............(a)
Berat liat =
- 0,5
..............(b)
Berat debu
= (Berat Debu + Liat) – Berat liat ..............(a-b)
15. Hitung persentase fraksi pasir, debu dan liat dengan
persamaan di bawah ini :
% Pasir =
x 100 %
% Debu =
x 100 %
% Liat =
x 100 %
Keterangan :
Jika menggunakan
silinder 1000 ml, maka hasil perhitungan tidak dibagi dua.
IV.
HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1 Hasil
Tabel 1.
Hasil Persentase Fraksi Tanah
Lapisan
|
Persentase (%)
|
Kelas Tekstur
|
||
Pasir
|
Debu
|
Liat
|
||
I
|
2,5
|
8,9
|
88,5
|
Liat
|
II
|
3,8
|
6,6
|
89,5
|
Liat
|
4.2 Pembahasan
Berdasarkan data dan hasil perhitungan yang telah
dilakukan, dapat dilihat bahwa pada tanah lapisan I dan II termasuk kedalam kelas tekstur liat. Hal ini
dapat dilihat dari hasil perhitungan persentase masing-masing fraksi, yang
mana fraksi tanah pada lapisan I memiliki nilai persentase pasir sebesar 2,54% ,
presentase debu sebesar 8,9%, dan presentase liat sebesar 88,54% Sehingga jenis
(kelas) teksturnya adalah liat. Sedangkan
pada
lapisan II memiliki persentase pasir sebesar 3,8%, presentase debu sebesar 6,6% dan
persentase liat sebesar 89,5%, Sehingga jenis (kelas) teksturnya liat.Sehinnga
kedua lapisan ini bertekstur sama.
Pada lapisan I dan lapisan II persentase fraksi liat lebih
besar dari pada persentase fraksi debu dan pasir. Sehingga kedua lapisan
memiliki tekstur liat (clay). Kedua lapisan tersebut bertekstur liat karena
persentase liatnya lebih besar dari 50% sehingga tanah tersebut termasuk dalam tekstur
liat. Apabila persentase kejenuhan suatu tanah lebih dari 50% maka tanah
tersebut termasuk dalam tekstur liat dan juga disebabkan oleh tingkat pelapukan
yang terjadi pada masing-masing lapisan yang relatif besar dan kemampuannya
mengikat air (Foth,1998).
Setelah dilakukan uji penetapan tekstur tanah di
laboratorium menggunakan metode hydrometer ini ternyata tidak
terdapat kesamaan ketika melakukan penetapan tekstur dengan metode
feeling saat di lapangan yakni pada lapisan I dengan metode
feeling dihasilkan tekstur lempung berpasir sedangkan metode hydrometer
diperoleh liat. Sedangkan pada lapisan II dengan metode feeling diperoleh tekstur liat berdebu
sedangkan dengan metode hydrometer diperoleh hasil tekstur liat.
Dari hasil penetapan tekstur tersebut ternyata pada lapisan
I dan II sama-sama berada pada kelas tekstur liat. Hal tersebut dapat terjadi
karena faktor kedalaman lapisan tanah yang cukup berdekatan. Pengambilan sampel
tanah berada pada jarak lapisan yang cukup dekat sehingga hasil penetapan
teksturnya sama. Meskipun diperoleh ketetapan tekstur yang sama pada kedua
lapisan tersebut, tetapi persentasi kandungan fraksi-fraksinya memiliki
perbedaan yang mencolok.Dengan adanya perbedaan kandungan fraksi tersebut
cukuplah untuk dijadikan sebagai pembanding antara lapisan I dan II.
V.
KESIMPULAN DAN SARAN
5.1 Kesimpulan
Berdasarkan
hasil pengamatan yang dilakukan maka diperoleh kesimpulan sebagai berikut:
1. Pada
lapisan I memiliki tekstur liat dengan persentase fraksi pasir 2,5%, debu 8,9%, dan liat 88,5%.
2. Pada lapisan II memiliki
tekstur liat dengan persentase fraksi pasir 3,8%, debu
6,6%, dan liat 89,5%.
3. Faktor-faktor yang
mempengaruhi adanya perbedaan tekstur tanah yaitu bahan induk tanah, iklim,
waktu, organisme, dan topografi. Selain itu tingkat pelapukan dan kemampuan
penyusun tanah mengikat air juga mempengaruhi tekstur tanah.
5.2 Saran
Tekstur tanah mepengaruhi
kesuburan tanah sehingga secara tidak langsung juga mempengaruhi kesuburan
tanaman. Oleh karena itu, sebelum mengolah suatu lahan untuk dijadikan sebagai
lahan pertanian, terlebuh dahulu menetapkan tekstur tanah yang tepat dengan jenis tanaman yang akan dibudidayakan.
DAFTAR
PUSTAKA
Anonim1. 2011. Tekstur Tanah. Diakses di halaman website http://widerfuture,wordpre .com/2011/01/14/tekstur tanah/ pada tanggal 9 November
2013.
Anonim2. 2011.
Tekstur Tanah.
Diakses di halaman website http://widerfuture.wordpress.com/2011/01/14/tekstur-tanah/ pada tanggal 9 November 2013.
Hakim,et al. 1986. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
Universitas Lampung, Lampung
Foth, Hendry D. 1998. Dasar-Dasar Ilmu
Tanah. Erlangga, Gajah Mada University Press, Yogyakarta.
Hardjowigeno, H. Sarwono. 2003. Ilmu Tanah. Mediyatama Sarana Perkasa. Jakarta.
Sutedjo. 2002. Pengantar
Ilmu Tanah. Rineka Cipta.
Jakarta.
Hanafiah, Kemas
Ali. 2004. Dasar-Dasar Ilmu Tanah.
PT Raja Grafindo Persada. Jakarta.
Prawirohatono, 1991. Genesa Tanah. “Batuan
pembentuk tanah”. CV. Rajawali. Jakarta
.
LAMPIRAN
A. Perhitungan
Persentase Fraksi Tanah pada Lapisan III
Dik : H1 = 6 gr/ml H2 = 5 gr/ml c = 0,2
t1 = 27 oC t2 = 28 oC
Dit : *Berat debu + liat *% Pasir
*Berat liat *%
Debu
*Berat debu *%Liat
Penyelesaian :
Ket :
Menggunakan silinder 1000 ml
*Berat debu + Liat
=
.............(a)
Berat debu + Liat =
.............(a)
Berat
debu + Liat = 7,66 gr.............(a)
* Berat Liat =
.............(b)
Berat Liat =
.............(b)
Berat Liat =
6,96 gr...........(b)
*Berat Debu = (Berat Debu + Liat) – Berat
Liat ..............(a-b)
Berat debu
= 7,66 – 6,96
..............(a-b)
Berat
debu = 0,7 gr..............(a-b)
*% Pasir =
x 100 %
% Pasir =
x 100 %
% Pasir = 2,54 %
*% Debu =
x 100 %
% Debu =
x 100 %
% Debu = 8,9 %
*% Liat =
x 100 %
% Liat =
x 100 %
% Liat = 88,54 %
B. Perhitungan
Persentase Fraksi Tanah pada Lapisan II
Dik : H1 = 10 gr/ml H2 =
9 gr/ml c = 0,4
t1 = 22 oC t2 = 23 oC
Dit : *Berat
debu + liat *% Pasir
*Berat liat *% Debu
*Berat debu *%Liat
Penyelesaian :
Ket :Menggunakan silinder 1000 ml
*Berat debu + liat =
.............(a)
Berat debu + liat =
.............(a)
Berat
debu + liat = 10,16 gr .............(a)
* Berat Liat =
.............(b)
Berat Liat
=
.............(b)
Berat Liat =
9,46 gr...........(b)
*Berat debu = (Berat Debu + Liat) – Berat Liat ..............(a-b)
Berat debu
= 10,16 – 9,46
..............(a-b)
Berat
debu = 0,7 gr..............(a-b)
*% Pasir =
x 100 %
% Pasir =
x 100 %
% Pasir = 3,8 %
*% Debu =
x 100 %
% Debu =
x 100 %
% Debu = 6,6 %
*% Liat =
x 100 %
% Liat =
x 100 %
% Liat = 89,5 %
Tidak ada komentar:
Posting Komentar